PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, hal ini ikut mendorong
perkembangan ilmu kimia analisis. Terutama dalam hal metode
analisis instrumental, dimana metode modern dengan peralatan canggih dapat
digunakan sebagai metode alternatif pengganti metode konvensional. Dengan
adanya kemajuan tersebut, suatu analisis yang membutuhkan waktu lama dan kurang
praktis serta efesien dapat diselesaikan dalam waktu relatif
singkat dengan hal memuaskan serta menjamin keamanan penggunaannya. Pemilihan
metode merupakan masalah yang penting di dalam setiap analisa, karena metode
yang akan dipilih itu merupakan pencerminan dari beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut antara lain tujuan analisis, macam bahan, jumlah bahan yang dianalisis, ketepatan dan
ketelitian yang diinginkan. Lamanya
waktu yang diperlukan untuk analisis serta peralatan yang tersedia (Fatah dan Mursyidi, 1982: 2).
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu
volum larutan standar ditambahkan ke
dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidakdikenal. Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam
terhidrolisis dari asam lemah. Larutan standarnya adalah asam. Sedangkan alkalimetri
adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam terhidrolisis dari
basa lemah. Larutan standarnya adalah basa (Chadijah,2012: 177) .
|
B.
Rumusan masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1.
Berapa kadar natrium hidroksida (NaOH) dalam asam oksalat (H2C2O4)?
2.
Berapa kadar natrium hidroksida (NaOH) dalam asam Klorida (HCl) ?
C.
Tujuan
percobaan
1.
Menentukan
kadar natrium hidroksida (NaOH) dalam asam oksalat (H2C2O4).
2.
Menentukan
kadar natrium hidroksida (NaOH) dalam asam Klorida (HCl).
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Titrasi dan Larutan
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu
volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapakan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa – volum larutan). Larutan
standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapakan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standarisasi (Underwood, 1999: 67).
Menurut
Achmad (2008: 170), pada analisis volumetrik
diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan standart
disebut ‘’menstandarkan’’. Ada dua cara dalam menstandarkan
larutan yaitu:
1.
Pembutan langsung larutan dengan melarutkan
suatu zat mrni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh
volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer,
sedangkan zat yang digunakan disebut standar primer.
2.
Larutan yang konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh
volume tertentu, tetapi dapat distandarkan dengan larutan standar primer, di
sebut larutan standar sekunder.
Menurut Achmad (1996:170), zat
yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan
di bawah ini:
1.
Mudah diperoleh
dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02%
2.
Harus stabil
3.
Zat ini mudah
dikeringkan, tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak menyerap
CO2 pada waktu penimbangan
B.
Asidimetri dan Alkalimetri
Asam adalah suatu zat yang
larutannya berasa asam, memerahkan lakmus biru dan menetralkan basa. Sedangkan
basa adalah suatu zat yang larutannya berasa pahit dan terasa licin, membirukan
kertas lakmus merah dan menetralkan asam (Chadijah,2012:177).
Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam
terhidrolisis dari asam lemah. Larutan standarnya asam. Sedangkan alkalimetri
adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam terhidrolisis dari
basa lemah. Larutan standarnya basa (Chadijah, 2013 :176).
Asidi-alkalimetri adalah tehnik
analisi kimia yang berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering
disbut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit smpai jumlah zat-zat yang
direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain (Chadijah,
2013 :180).
Asidi alkalimetri berdasarkan pada reaksi asam basa atau prinsip
netralisasi. Metode ini cukup luas penggunaanya untuk penentapan kuantitas
analit asam atau basa, maka reaksi antara analit dengan titiran dapat di rumuskan
secara umum sebagai berikut:
Titran umumnya berupa larutan
standar asam kuat atau basa kuat, misalnya larutan asam klorida, HCl dan
larutan natrium hidroksida, NaOH (Chadijah,2012:177).
Menurut (Chadijah,2012:177), titrasi
asam-basa sering disebut asidimentri-alkalimentri. Kata mentri berasal dari
bahasa yunani yang berarti ilmu, proses atau seni mengukur. Jadi asidimentri
dapat diartikan penentuan kadar suatu asam dalam larutan dan alkalimetri dapat
diartikan penentuan suatu basa dalam
suatu larutan.
1.
Asam kuat-basa
kuat
2.
Asam kuat-basa
lemah
3.
Asam kuat- basa
kuat
4.
Asam kuat-
garam dari asam lemah
5.
Basa k
uat-garam dari basa lemah
Mengingkat kembali bahwa perhitungan kualitas zat dalam titrasi
didasarkan pada jumlah pereaksi yang tepat saling menghabiskan dengan zat
tersebut, sehingga berlaku:
Jumlah ekivalen
analat = jumlah ekivalen pereaksi
Atau
Asidi-alkalimentri
adalh teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau
sering disebut titrasi asam basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan di tambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat yang
direksikan tepat menjadi eqivalen (telah tepat banyaknya untuk
menghabisi kan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang di tambahkan
dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrant
( dalam hal ini
titrant dari titrant berupa asam basa atau sebaliknya). pada saat ekivalen
penambahan titrant harus di hentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrant.
Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi- alkalimetri ini,
diperlukan suatu zat yang dinamakan
indikator asam basa. Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna
apabila pHlingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara
asam kaut-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kua, asam kuat-garam
dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah(Chadijah,2012:181)
Untuk titrasi asam basa, biasanya orang mempersiapkan
lartan asam dan basa dari konsentrasi yang kir-kira diinginkan dan kemuadian
menstandardisasikan dapat di pergunakan sebagai standar sekunder untuk
mendapatkan konsentrasi dari larutan lainnnya. Bagi pekerjaan yang membutuhkan
akurasi yang tinggi, disarankan untuk menstandardisasikan kedua larutan
asam dan basa terpisah dengan menggunakan stamdar primer (Underwood,
2013: 51).
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat
dilakukan dengan membuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume
titran atau dapat juga menggunakan indikator. Dengan memandang tingkat
kemudahan dan efisensi maka titrasi redoks dengan indikator sering kali yang
banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titran sebagai
indikator, contohnya penentuan oksalat dengan permanganat, atau penentuan
alkohol dengan kalium dikromat (chadijah, 2013: 190).
C.
Aplikasi Asidimetri-Alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara
analisis kuantitatif volumetric berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi.
Titrasi asam asetat / asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidrok-sida
(NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa yang berasal
dari sisa asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis. Reaksi
hidrolisis ini merupakan reaksi keseimbangan yang dapat ditulis :
CH3COOH (aq) + NaOH
(aq )----à CH3COONa (aq) + H2O (l)
Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan
basanya akan tinggal dalam larutan. Saat titik ekivalen (titik akhir titrasi)
terjadi, banyaknya asam asetat (asam cuka) dan NaOH bebas adalah sama, tetapi
karena asam asetat termasuk elektrolit lemah maka ion H+ yang dibebaskan sangat
sedikit, dan akan lebih banyak tinggal sebagai molekul CH3COOH. Sedangkan basa
bebasnya (NaOH) merupakan elektrolit kuat yang hamper terionisasi sempurna,
membebaskan ion hidroksil (OH-) dalam larutan. Hal ini mengakibatkan titrasi
akan berakhir pada pH di atas 7 (Salirawati dan Regina,2010: 2).
Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya
bergantung pada pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa,
dan netral. Sebagai contoh kertas lakmus merah atau biru, berwarna merah dalam
larutan yang pHnya lebih kecil dari 5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang
pHnya lebih besar dari 8. Dalam larutan yang pHnya 5,5 sampai 8 warna lakmus
adalah kmbinasi warna merah dan biru. Batasbatas pH dimana indikator mengalami
perubahan warna disebut traye indicator (Salirawati dan Regina,2010: 2).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
A.
Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin / 10 November 2014
Pukul : 13.00 – 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik,
Fakultas Sains dan Teknologi
Uin Alauddin Makassar
B.
Alat dan Bahan
1. Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, buret asam 10 ml, buret basa 50 ml,
labu takar 100 ml, erlenmeyer 250 ml, pipet skala 10 ml dan 25 ml, gelas kimia 250 ml, gelas kimia 100 ml, corong, pipet tetes, bulp, statif dan klem serta botol semprot.
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah Aquadest (H2O), Natrium
Hidroksida (NaOH), Asam Oksalat (H2C2O4),
Asam Klorida (HCl dan indikator PP (Fenolftalein).
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan
kadar asam asetat dalam sampel
8
|
2.
Menentukan
kadar HCL dari
NaOH
Memipet asam klorida (HCL) sebanyak
0,8 ml kemudian melarutkan ke dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan Akuades(H2O)
hingga tanda batas dan menambahkan indikator PP (fonolftalein) Menitrasi
dengan larutan Natrium Hidroksida (NaOH) sampai larutan tidak berwarna Mencatat volume
Natrium Hidroksida (NaOH) yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
1.
Tabel
a.
Penentuan kadar
Asam Oksalat dalam NaOH
No
|
Sampel
|
Titrasi
|
1
|
Asam Oksalat + 3 tetes indikator phenolptalin
+ NaOH
|
7,7 ml
|
2
|
Asam Oksalat + 3 tetes indikator phenolptalin
+ NaOH
|
7,5 ml
|
b.
penentuan kadar
Asam Klorida dalam NaOH
No
|
Sampel
|
Titrasi
|
1
|
NaOH +
1 tetes indikator phenolptalin
+ HCL (simplo)
|
14,5
ml
|
2
|
NaOH +
1 tetes indikator phenolptalin
+ HCL (duplo)
|
34
ml
|
B.
Reaksi
a.
Asam Asetat dan Natrium Hidrosida
b.
Natrium
Hidroksida dan Asam Klorida
C.
Analisis data
1)
Natrium
Hidroksida (NaOH)
Diketahui:
Volume NaOH = 100 ml
Mr
NaOH = 40 gr/mol
10
|
Ditanyakan: M.....?
Penyelesaian:
Gram NaOH = M ×
V × Mr
0,4 gr = M×
0,1 L × 40 gr/mol
M =
= 10 N
2)
Asam
oksalat (H2C2O4)
Diketahui:
Volume NaOH = 25 mL =0,025 mL
N
NaOH = 10 N
BST H2C2O4 = 63
Ditanyakan:
Gram H2C2O4 .....?
Penyelesaian:
Gram H2C2O4
= N × V × BST
0,1525 gr = N × 0,025 L × 63
0,1525
gr =
0,1575 N
N =0,096
3). Asam Klorida (HCl)
Diketahui:
Volume HCl = 100 mL
N NaOH =
10 N
Ditanyakan: N HCl.....?
Penyelesaian:
V1×N1=
V2×N2
V1× N1 =
10 ml× 10 N
100× N1 = 10 ml× 10 N
N1 =
= 1 N
D.
Pembahasan
Asidi-alkalimentri adalah
teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering
disebut titrasi asam basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan di tambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat yang direksikan
tepat menjadi eqivalen (telah tepatbanyaknya untuk menghabisi kan zat yang
direaksikan) satu sama lain.
Percobaan adisimentri-alkalimetri ada dua
percobaan yang dilakukan, yaitu menentukan kadar Asam oksalat (H2C2O4) dalam sampel dan menentukan kadar Asam Klorida (HCl) dalam sampel.
Pada percobaan kadar asam asetat dalam sampel digunakan Asam oksalat (H2C2O4) sebagai titrat kemudian diencerkan kedalam
erlenmeyer sebelum dititrasi, setelah itu ditambahkan indikator fenolptalin berkisar
pada larutan yang bersifat basa. Kemudian menitrasi larutan tersebut sedikit
demi sedikit agar perubahan warna terlihat dengan jelas. Penambahan titran NaOH
membuat larutan mengalami perubahan
warna menjadi merah muda.
Pada
percobaan kedua untuk menentukan kadar Asam Klorida dalam sampel memakai
larutan HCl 0,1 N yang berfungsi sebagai
sampel yang akan dititrasi dengan Natrium Hidroksida (NaOH). Kemudian larutan
ditambahkan indikator fenolfthalein yang berfungsi sebagai pemberi warna pada larutan, setelah itu dititrasi
dengan Natrium Hidroksida (NaOH) . Volume titrasi HCl didapatkan 0,8 ml. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan Indikator phenolptalin digunakan dalam titrasi karena memiliki
rentang trayek pH pada suasan basa yaitu
8,3-10,0 sehingga apabila larutan telah bersuasa basa maka indikator akan
mengalami perubahan warna. Berdasarkan trayek pH indikator fenolftalin, larutan
yang memiliki pH dibawah 8,3 cenderung akan memberikan larutan tidak berwarna dan akan berubah menjadi merah
dalam larutan yang memilki nilai pH diatas 10.
B AB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Kadar natrium hidroksida (NaOH) pada
asam oksalat (H2C2O4) sebesar 0,096 %
2.
Kadar natrium hidroksida (NaOH) pada asam klorida (HCl) sebesar 1,00 N.
B. Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah sebaiknya digunakan juga asam asetat (CH3COOH) agar
dapat dibandingkan kadarnya dengan natrium hidroksida (NaOH)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti.1996.
Chadijah, Sitti. Dasar-Dasar
Kimia Analitik. Makassar: Alauddin
University Press, 2012.
Day dan Underwood.Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta:
Erlangga.1990.
Regina dan Salirawati. 2010,”Pengembangan Prosedur Penentuan Kadar
Asam Cuka Secara Titrasi Asam Basa Dengan Berbagai Indikator Alami.
Yogyakarta: Universitas Negri
Yogyakarta.
Sukarjo. Kimia fisika. Yogyakarta:Rineka
Cipta.2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar