Rabu, 25 Maret 2015

percobaan asidimetri-alkalimetri

                                                                            BAB I
BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, hal ini ikut mendorong perkembangan ilmu kimia analisis. Terutama dalam hal metode analisis instrumental, dimana metode modern dengan peralatan canggih dapat digunakan sebagai metode alternatif pengganti metode konvensional. Dengan adanya kemajuan tersebut, suatu analisis yang membutuhkan waktu lama dan kurang praktis serta efesien dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat dengan hal memuaskan serta menjamin keamanan penggunaannya. Pemilihan metode merupakan masalah yang penting di dalam setiap analisa, karena metode yang akan dipilih itu merupakan pencerminan dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain tujuan analisis, macam bahan, jumlah bahan yang dianalisis, ketepatan dan ketelitian yang diinginkan. Lamanya waktu yang diperlukan untuk analisis serta peralatan yang tersedia (Fatah dan Mursyidi, 1982: 2).
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidakdikenal. Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisis dari asam lemah. Larutan standarnya adalah asam. Sedangkan alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam terhidrolisis dari basa lemah. Larutan standarnya adalah basa (Chadijah,2012: 177) .


Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan percobaan titrasi asidimetri dan alkalimetri untuk mengetahui kadar natrium hikroksida (NaOH) dalam asam oksalat (C2H2O4) dan asam klorida (HCl).
B.  Rumusan masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Berapa kadar natrium hidroksida (NaOH) dalam asam oksalat  (H2C2O4)?
2.      Berapa kadar natrium hidroksida (NaOH) dalam asam Klorida (HCl) ?

C.  Tujuan percobaan
1.      Menentukan kadar natrium hidroksida (NaOH) dalam asam oksalat  (H2C2O4).
2.       Menentukan kadar natrium hidroksida (NaOH) dalam asam Klorida (HCl).
















                                                            BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.  Titrasi dan Larutan
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapakan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa – volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapakan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Underwood, 1999: 67).
         Menurut Achmad (2008: 170), pada analisis volumetrik diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan standart disebut ‘’menstandarkan’’. Ada dua cara dalam menstandarkan larutan yaitu:
1.       Pembutan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat mrni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang digunakan disebut standar primer.
2.   
 Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat distandarkan dengan larutan standar primer, di sebut larutan standar sekunder.
Menurut Achmad (1996:170), zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan di bawah ini:
1.      Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02%
2.      Harus stabil
3.      Zat ini mudah dikeringkan, tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak menyerap CO2  pada waktu penimbangan

B.     Asidimetri dan Alkalimetri
Asam adalah suatu zat yang larutannya berasa asam, memerahkan lakmus biru dan menetralkan basa. Sedangkan basa adalah suatu zat yang larutannya berasa pahit dan terasa licin, membirukan kertas lakmus merah dan menetralkan asam (Chadijah,2012:177).
Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisis dari asam lemah. Larutan standarnya asam. Sedangkan alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam terhidrolisis dari basa lemah. Larutan standarnya basa (Chadijah, 2013 :176).
            Asidi-alkalimetri adalah tehnik analisi kimia yang berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disbut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit smpai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain (Chadijah, 2013 :180).


Asidi alkalimetri berdasarkan  pada reaksi asam basa atau prinsip netralisasi. Metode ini cukup luas penggunaanya untuk penentapan kuantitas analit asam atau basa, maka reaksi antara analit dengan titiran dapat di rumuskan secara umum sebagai berikut:

HA     +   OH                    A  +  H2O    (analit asam, titran basa)
BOH   + H3O                      B+  + 2H2       (analit basa, titram asam)
Titran umumnya berupa larutan standar asam kuat atau basa kuat, misalnya larutan asam klorida, HCl dan larutan natrium hidroksida, NaOH (Chadijah,2012:177).
Menurut (Chadijah,2012:177), titrasi asam-basa sering disebut asidimentri-alkalimentri. Kata mentri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu, proses atau seni mengukur. Jadi asidimentri dapat diartikan penentuan kadar suatu asam dalam larutan dan alkalimetri dapat diartikan penentuan  suatu basa  dalam  suatu larutan.
1.      Asam kuat-basa kuat
2.      Asam kuat-basa lemah
3.      Asam kuat- basa kuat
4.      Asam kuat- garam dari asam lemah
5.      Basa k uat-garam dari basa lemah
Mengingkat kembali bahwa perhitungan kualitas zat dalam titrasi didasarkan pada jumlah pereaksi yang tepat saling menghabiskan dengan zat tersebut, sehingga berlaku:
            Jumlah ekivalen analat  = jumlah ekivalen pereaksi
                                                Atau
                                    analit = Pereaksi
Asidi-alkalimentri adalh teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan di tambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat yang direksikan tepat menjadi eqivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabisi kan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang di tambahkan dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrant ( dalam hal ini titrant dari titrant berupa asam basa atau sebaliknya). pada saat ekivalen penambahan titrant harus di hentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrant. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi- alkalimetri ini, diperlukan suatu zat  yang dinamakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pHlingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kaut-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kua, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah(Chadijah,2012:181)
Untuk titrasi asam basa, biasanya orang mempersiapkan lartan asam dan basa dari konsentrasi yang kir-kira diinginkan dan kemuadian menstandardisasikan dapat di pergunakan sebagai standar sekunder untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan lainnnya. Bagi pekerjaan yang membutuhkan akurasi yang tinggi, disarankan untuk menstandardisasikan kedua larutan asam dan basa terpisah dengan menggunakan stamdar primer (Underwood, 2013: 51).
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titran atau dapat juga menggunakan indikator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisensi maka titrasi redoks dengan indikator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titran sebagai indikator, contohnya penentuan oksalat dengan permanganat, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat (chadijah, 2013: 190).
C.    Aplikasi Asidimetri-Alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif volumetric berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Titrasi asam asetat / asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidrok-sida (NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa yang berasal dari sisa asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis. Reaksi hidrolisis ini merupakan reaksi keseimbangan yang dapat ditulis :
            CH3COOH (aq) + NaOH (aq )----à CH3COONa (aq) + H2O (l)
Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan basanya akan tinggal dalam larutan. Saat titik ekivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya asam asetat (asam cuka) dan NaOH bebas adalah sama, tetapi karena asam asetat termasuk elektrolit lemah maka ion H+ yang dibebaskan sangat sedikit, dan akan lebih banyak tinggal sebagai molekul CH3COOH. Sedangkan basa bebasnya (NaOH) merupakan elektrolit kuat yang hamper terionisasi sempurna, membebaskan ion hidroksil (OH-) dalam larutan. Hal ini mengakibatkan titrasi akan berakhir pada pH di atas 7 (Salirawati dan Regina,2010: 2).
Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya bergantung pada pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral. Sebagai contoh kertas lakmus merah atau biru, berwarna merah dalam larutan yang pHnya lebih kecil dari 5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang pHnya lebih besar dari 8. Dalam larutan yang pHnya 5,5 sampai 8 warna lakmus adalah kmbinasi warna merah dan biru. Batasbatas pH dimana indikator mengalami perubahan warna disebut traye indicator (Salirawati dan Regina,2010: 2).                                              

                                                                 BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Waktu dan Tempat
Hari/tanggal       : Senin / 10 November 2014
Pukul                  : 13.00 – 16.00 WITA
Tempat               : Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Sains dan Teknologi
                              Uin Alauddin Makassar

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, buret asam 10 ml, buret basa 50 ml, labu takar 100 ml, erlenmeyer 250 ml, pipet skala 10 ml dan 25 ml, gelas kimia 250 ml, gelas kimia 100 ml, corong, pipet tetes,  bulp, statif dan klem serta botol semprot.
2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Aquadest (H2O), Natrium Hidroksida (NaOH), Asam Oksalat (H2C2O4), Asam Klorida (HCl dan  indikator PP (Fenolftalein).

C.    Prosedur Kerja
            Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan kadar asam asetat dalam sampel

8
   Memipet asam okslat (H2C2O4)  sebanyak 10 ml ke dalam labu ukur 100 ml kemudian mengencerkan dengan akuades (H2O) hingga tanda batas Memipet sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 3 tetes indikator PP (fenolftalein). Menitrasi dengan larutan Natrium Hidroksida (NaOH) sampai warna merah muda terbentuk Mencatat volume Natrium Hidroksida (NaOH) yang digunakan.

2.      Menentukan kadar HCL dari NaOH
Memipet asam klorida (HCL) sebanyak 0,8 ml  kemudian melarutkan ke dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan Akuades(H2O) hingga tanda batas  dan menambahkan indikator PP (fonolftalein) Menitrasi dengan larutan Natrium Hidroksida  (NaOH) sampai larutan tidak berwarna Mencatat volume Natrium Hidroksida  (NaOH)  yang digunakan.















                                                                          BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil pengamatan
1.       Tabel
a.  Penentuan kadar Asam Oksalat dalam NaOH

No
Sampel
 Titrasi
1
Asam  Oksalat  + 3 tetes indikator phenolptalin + NaOH
7,7 ml
2
Asam  Oksalat  + 3 tetes indikator phenolptalin + NaOH
7,5 ml

b.      penentuan kadar Asam Klorida dalam NaOH

No
Sampel
Titrasi
1
NaOH 1 tetes indikator phenolptalin + HCL (simplo)
                             14,5 ml
2
NaOH 1 tetes indikator phenolptalin + HCL (duplo)
                             34  ml

B.     Reaksi
a.      Asam Asetat dan Natrium Hidrosida
H2C2O4 + NaOH                        NaC2O4+ H2O 
b.    Natrium Hidroksida dan Asam Klorida
     NaOH+  HCL                          NaCl    +  H2O

C.   Analisis data
1)   Natrium Hidroksida (NaOH)
Diketahui: Volume NaOH = 100 ml     
       Mr NaOH         = 40 gr/mol

10

Gram NaOH             = 0,4 gr
Ditanyakan: M.....?
Penyelesaian:
Gram NaOH = M × V × Mr
        0,4 gr    =  M× 0,1 L × 40 gr/mol
             M     =

                     = 10 N

2)   Asam oksalat (H2C2O4)
Diketahui: Volume NaOH = 25 mL =0,025 mL
        N NaOH         = 10 N
       BST H2C2O4     = 63
Ditanyakan: Gram H2C2O.....?

Penyelesaian:
Gram H2C2O4 = N × V × BST
0,1525 gr         = N × 0,025 L × 63    
0,1525 gr          = 0,1575 N
N                      =0,096

3). Asam Klorida (HCl)
Diketahui: Volume HCl  = 100 mL
                   N NaOH = 10 N
Ditanyakan:  N HCl.....?

Penyelesaian:
V1×N1= V2×N2
V1× N1 = 10 ml× 10 N

100× N1 = 10 ml× 10 N

                    N1 =
                         = 1 N
D.  Pembahasan
     Asidi-alkalimentri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan di tambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat yang direksikan tepat menjadi eqivalen (telah tepatbanyaknya untuk menghabisi kan zat yang direaksikan) satu sama lain.
     Percobaan adisimentri-alkalimetri ada dua percobaan yang dilakukan, yaitu menentukan kadar Asam oksalat (H2C2O4) dalam sampel dan menentukan kadar Asam Klorida (HCl) dalam sampel. Pada percobaan kadar asam asetat dalam sampel digunakan Asam oksalat  (H2C2O4)  sebagai titrat kemudian diencerkan kedalam erlenmeyer sebelum dititrasi, setelah itu ditambahkan indikator fenolptalin berkisar pada larutan yang bersifat basa. Kemudian menitrasi larutan tersebut sedikit demi sedikit agar perubahan warna terlihat dengan jelas. Penambahan titran NaOH membuat larutan mengalami perubahan  warna menjadi merah muda.
            Pada percobaan kedua untuk menentukan kadar Asam Klorida dalam sampel memakai larutan HCl  0,1 N yang berfungsi sebagai sampel yang akan dititrasi dengan Natrium Hidroksida (NaOH). Kemudian larutan ditambahkan indikator fenolfthalein yang berfungsi sebagai pemberi  warna pada larutan, setelah itu dititrasi dengan Natrium Hidroksida (NaOH) . Volume titrasi HCl didapatkan 0,8 ml. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Indikator phenolptalin  digunakan dalam titrasi karena memiliki rentang trayek pH  pada suasan basa yaitu 8,3-10,0 sehingga apabila larutan telah bersuasa basa maka indikator akan mengalami perubahan warna. Berdasarkan trayek pH indikator fenolftalin, larutan yang memiliki pH dibawah 8,3 cenderung akan memberikan larutan  tidak berwarna dan akan berubah menjadi merah dalam larutan yang memilki nilai pH diatas 10.        





















  

                                                                         B AB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
       Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Kadar natrium hidroksida (NaOH) pada asam oksalat (H2C2O4) sebesar 0,096 %
2.      Kadar natrium hidroksida (NaOH) pada asam klorida (HCl)  sebesar 1,00 N.

B.  Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah sebaiknya digunakan juga asam asetat (CH3COOH) agar dapat dibandingkan kadarnya dengan natrium hidroksida (NaOH)
      









 

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti.1996.
Chadijah, Sitti. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin University Press, 2012.
Day dan Underwood.Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga.1990.
Regina dan Salirawati. 2010,”Pengembangan Prosedur Penentuan Kadar Asam Cuka Secara Titrasi Asam Basa Dengan Berbagai Indikator Alami. Yogyakarta: Universitas  Negri Yogyakarta.
Sukarjo. Kimia fisika. Yogyakarta:Rineka Cipta.2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar