BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Volum molar
parsial adalah kontribusi pada volum, dari satu komponen
dalam sample terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu campurn berubah-ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler
dan perubahan gaya-gaya
yang bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat termodinamika
campuran jika komposisinya berubah (Dogra, 1990:
582).
Salah satu
sifat-sifat parsial yang ada yakni sifat molal parsial yang lebih mudah
digambarkan dengan volume molal parsial, yaitu konstribusi pada volume dari
satu komponen dalam sampel terhadap volume total (Dogra, 1990: 582)
Volume molal
parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap campuran. Selain itu
dalam mencampurkan suatu zat tertentu dengan zat lain dalam temperature
tertentu, kita juga harus mengetahui volume molal parsial dari zat-zat
tersebut. Jadi, sangatlah penting untuk mengetahui volume molal parsial
komponen larutan (Atkins, 1993: 170).
Dalam
termodinamika dikenal adanya 2 tipe peubah yaitu tipe peubah ekstensif yang
bergantung pada jumlah fase misalnya volume, entropi, energy dalam dan entalpi,
seta peubah intensif yaitu peubah yang tidak bergantung pada jumlah fase
contohnya tekanan dan suhu (Atkins, 1993:
171).
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan
percobaan untuk menentukan volume molar parsial natrium klorida (NaCl) sebagai
fungsi konsentrasi dengan mengukur densitas larutan menggunakan piknometer.
A. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah berapa nilai volume molal parsial larutan
natrium klorida (NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur densitas
larutan menggunakan piknometer ?
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan
ini adalah untuk menentukan nilai volume molal parsial larutan natrium klorida
(NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur densitas larutan menggunakan
piknometer.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengenceran
adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Definisi lain,
pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan
pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit didalam larutan disebut
(zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Jadi, pengenceran
merupakan suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa dengan
jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, umumnya menggunakan aquades
dalam jumlah tertentu (Baharuddin dan Azis,2013:73).
Densitas (rapatan, density)
adalah rasio massa terhadap volume.
Densitas (d) =massa/ volume
Massa
dan volume adalah sifat ekstensif.Sifat ekstensif (extensive property) bergantung pada kuantitas materi yang diamati.
Namun, bila membagi massa suatu zat dengan volumenya, didapatkan densitas,
yaitu sifat intensif. Sifat intensif (intensive
property) tidak bergantung pada banyaknya materi yang diamati. Jadi,
densitas air murni pada 25
(massa/volume)
memiliki nilai yang khas, apakah sampel mengisi gelas piala kecil (massa
kecil/volume kecil) atau kolam renang (massa besar/volume besar) (Petrucci dkk,
2007: 13).
Kerapatan
air berubah dengan berubahnya temperatur. Satuan yang biasa dijumpai untuk
volume adalah liter (L) :
3
|
Dalam
satuan ini, kerapatan air adalah 1,00 kg/L. Bila kerapatan suatu benda lebih
besar dari kerapatan air, maka benda akan tenggelam dalam air. Bila
kerapatannya lebih kecil, benda akan mengapung. Berat jenis adalah bilangan tak
berdimensi yang sama dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam gram
per centimeter kubik (atau dalam kilogram per liter). Berat jenis suatu zat
dapat diperoleh dengan membagi kerapatannya dengan 103 kg/m3 (Tipler, 1998: 384).
Volum molar
parsial adalah kontribusi pada volum dari satu komponen dalam sampel terhadap
volum total. Volum molar parsial komponen suatu campuran berubah – ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan
perubahan gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghasilkan variasi
sifat termodinamika campuran jika komposisinya berubah (
Atkins,1993:170).
Ada 3 sifat termodinamik molal parsial utama, yakni: (i) volume
molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan, (ii) entalpi molal parsial
dan (iii) energi bebas molal parsial. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa
sifat molal parsial dari suatu komponen dalam suatu larutan dan sifat molal
untuk senyawa murni adalah sama jika larutan tersebut ideal (Dogra,1990: 581).
Secara matematik
sifat molal parsial didefinisikan dimana Ji
merupakan sifat molal parsial dari komponen ke-i.secara fisik Ji berarti kenaikan dalam
besaran termodinamik J yang diamati
bila satu mol senyawa i ditambahkan
ke suatu sistem yang besar sehingga komposisinya tetap konstan. Pada temperatur
dan tekanan konstan, persamaan dapat ditulis sebagai
dJ =
(1)
Arti
fisik dari integrasi ini adalah bahwa ke suatu larutan yang komposisinya tetap,
suatu komponen n1, n2, …, ni ( yang
komposisinya juga mirip dengan larutan tuanya ) ditambahkan lebih lanjut,
sehingga komposisi relative dari tiap-tiap jenis tetap konstan (Dogra,1990:580).
Perhitungan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
metode grafik dan metode analitik. Pade metode grafik, nilai J diplot sebagai
suatu fungsi komposisi larutan dengan menjaga semua komposisi komponen lain
tetap kecuali satu. Jika plot ini linear, kemiringan garis tersebut akan
menjadi besaran molal parsial dari komponen itu. Ini juga memperlihatkan bahwa
sifat-sifat molal parsial dari komponen-komponen itu tidak bergantung pada
konsentrasi.Dalam metode analitik, jika harga ekstensif dapat dinyatakan
sebagai suatu fungsi aljabar dari komposisi tersebut, sifat molal parsial dapat
dihitung secara analitik. (Dogra, 2009: 581).
Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk
mengukur massa jenis zat cair. Piknometer tersedia dalam berbagai ukuran.Ukuran
yang biasa tersedia di laboratorium kimia adalah piknometer dengan kapasitas 10
Ml. Piknometer umumnya terbuat dari gelas dengan bentuk badan
bulat silinder. Piknometer
disertai dengan penutup yang terdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini
berguna untuk menghilangkan gelambung-gelembung udara yang sangat mungkin
berada dalam botol (Khamidinal, 2009: 92).
Oven adalah alat pemanas yang mempunyai kapasitas sampai
dengan temperatur 200
. Peralatan ini digunakan untuk
melakukan pengeringan sampel agar kadar airnya sedikit. Oven juga dapat
digunakan untuk membakar suatu endapan untuk tujuan analisis kuantitatif. Pada
bagian atap dari peralatan ini diberi fasilitas termometer sehingga dapat
digunakan untuk mengukur temperatur
udara di dalam ruangan oven tersebut (Khamidinal, 2009: 86-87).
Desikator merupakan peralatan yang sering digunakan di
laboratorium kimia organik. Desikator terbuat dari gelas, gelas dipilih sebagai
bahan pembuatan desikator karena mempunyai sifat – sifat yang menguntunkan,
yaitu tembus cahay atau tembus pandang (opaque), kaku (rigid), tidak mudah
bereaksi dengan bahan kimia, mempunyai titik didih tinggi sehingga tidak mudah
meleleh terutama pada pemanasan biasa, dan tahan terhadap perubahan suhu
khususnya tahan panas yang ditandai dengan pyrex (Baharuddin dan Aziz, 2013:
92).
Desikator mempunyai bentuk mirip soblok yang digunakan untuk
memasak. Ditengah-ditengah desikator terdapat angsangan yang
mempunyai lubang-lubang. Desikator digunakan untuk melakukan pengeringan bahan kimia
dengan menggunakan zat higroskopis. Zat higroskopis adalah zat yang
dapat menyerap uap air dari udara. Tempat bagian bawah digunakan untuk
meletakkan zat higroskopis (Khamidinal, 2009: 47-48).
Neraca analitis digital umumnya mempunyai ketelitian yang
sangat tinggi hingga empat angka dibelakang koma.Karena mempunyai ketelitian
yang sangat tinggi, maka umumnya neraca analitis digital dilengkapi dengan
penutup.Pada ketiga sisi penutupnya terbuat dari kaca, sehingga lengan beban
dapat dilihat dari luar. Pada bagian penutup di sisi kanan dan kiri dapat
digeser untuk pintu memasukkan dan mengeluarkan sampel yang akan ditimbang
(Khamidinal, 2009: 89).
Termometer digunakan untuk mengukur
suhu. Termometer tersedia dalam berbagai ukuran dan kapasitas. Jika termometer
digunakan untuk mengukur suhu air yang mendidih maka akan digunakan piknometer
dengan kapasitas 1200C. Akan tetapi, apabila termometer akan
digunakan untuk mengukur suhu pada penangas minyak, maka harus digunakan
termometer dengan kapasitas sampai dengan 300 derajat Celcius (Khamidinal,
2009: 94).
Natrium klorida merupakan molekul ionik (berikatan ion) dan
terdiri dari kisi-kisi ion raksasa pada temperatur kamar. Natrium
klorida berbentuk padatan dengan titik leleh dan titik didih yang tinggi karena
banyaknya panas yang dibutuhkan untuk memecah daya tarik ionik yang
kuat.Natrium klorida disebut molekul ionik di mana leburannya dapat mengalami
elektrolisis pada saat meleleh.Natrium klorida dalam bentuk padatan tidak dapat
menghantarkan listrik karena tidak memiliki elektron dan ion-ion yang dapat
bergerak bebas.Namun demikian lelehannya dapat mengalami elektrolisis.Natrium
klorida juga mudah larut dalam air menghasilkan larutan netral (Clark, 2007: 97).
|
METODE
PERCOBAAN
A. Waktu dan tempat
Hari / tanggal : Rabu / 29
oktober 2014
Pukul : 08.00 – 10.30 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Fisika
UIN Alauddin Makassar
B.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Alat
Alat yang
digunakan pada percobaan ini yaitu : Neraca Analitik, oven, desikator,
piknometer, termometer 110
,
labu
ukur 50
mL, gelas kimia 250
mL, pipet volume 25 mL, pipet skala 10 mL, bulp dan botol
semprot.
2.
Bahan
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu :Aquades (H2O), larutan Natrium
Klorida (NaCl) 3M ; 1,5M ; 0,75M ; 0,375M ; 0,1875M.
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja
pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.Menyiapkan alat-alat dan bahan yang
digunakan
2.
Mengencerkan
larutan natrium klorida (NaCl) 3M sehingga konsentrasinya menjadi
,
,
,
kali
konsentrasi awal.
3.Membersihkan piknometer dengan aquadest
(H2O)
4.mengeringkan piknometer kedalam oven
dengan suhu 105
5.Memasukkan piknometer tersebut kedalam
desikator
6.Menimbang bobot kosong piknometer
7.
Mengisi
piknometer dengan aquadest (H2O) sampai penuh dan menutupnya
rapat-rapat. Mengeringkan permukaan luar piknometer kemudian menimbangnya.
8.
Mengulangi
langkah (3-7) dengan menggunakan berturut-turut larutan natrium klorida (NaCl)
3 M; 1,5 M; 0,75 M; 0,375 M; dan 0,1875 M sebagai pengganti aquadest (H2O).
setiap mengganti larutan, membilas piknometer beberapa kali dengan larutan yang
akan dipergunakan.
9.
Mengukur
suhu setiap larutan setelah penimbangan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Dari
percobaan yang telah dilakukan maka dapat diamati sebagai berikut :
Konsentrasi (M)
|
Bobot
pikno kosong (gr)
|
Bobot
pikno air (gr)
|
Bobot
pikno sampel (gr)
|
d (
|
3
|
11,0093
|
21,1297
|
22,2849
|
1, 1108
|
1,5
|
11,0093
|
21,1297
|
21,7228
|
1, 1010
|
0,75
|
14,2847
|
24,1084
|
24,4704
|
1, 0337
|
0,375
|
11,0085
|
21,1297
|
21,2814
|
1, 0119
|
0,1875
|
14,2837
|
24,1084
|
24,2280
|
1, 0091
|
B.
Analisa Data
1.
Untuk konsentrasi 3 M
Bobot piknometer + air
(W0) = 21,1297gr
Bobot piknometer kosong = 11,0093gr_
Bobot aquadest = 10,1204 gr
Bobot piknometer + NaCl
(W) = 22,2849 gr
Bobot piknometer kosong
(We) = 11,0093gr_
Bobot NaCl = 11,2725 gr
T = 29
dH2O = d4aq
= 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m = 55,51 mol
Sgt NaCl 3 M =
= 1,1141
Maka
dt4
NaCl 3 M = Sgt NaCl 3 M x d4aq
= 1,1141 x 0,99704 gr/cm3
= 1,1108
gr/cm3
Sehingga,
= 0,900 cm3 (58,5
mol-1 – 2,549)
= 50, 8006
cm3/mol
= 0,900 cm3 (58,5
mol-1 – (18, 01 mol-1)
)
= 0,900 cm3 (58,5 mol-1 – (18,01
mol-1) (0,1141))
= 0,900 cm3 (56,4355 mol-1)
= 50, 8006
cm3/mol
2.
Untuk konsentrasi 1,5 M
Bobot piknometer + air
(W0) = 21,1297 gr
Bobot piknometer kosong = 11,0093gr_
Bobot aquadest = 10,2104 gr
Bobot piknometer + NaCl
(W) = 21,7228 gr
Bobot piknometer kosong
(We) = 11,0093
gr_
Bobot NaCl = 11,2756 gr
T =
290C
dH2O = d4aq
= 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m = 55,51 mol
= 1, 1043
Maka
dt4
NaCl 1,5 M = Sgt
NaCl 1,5 M x d4aq
= 1, 1043 x 0,99704 gr/cm3
= 1, 1010
gr/cm3
Sehingga
= 0, 9082
cm3 (58,5 mol-1 – (18, 01 mol-1) (0, 10426)
= 0, 9082
cm3 (56,
6223 mol-1)
= 51,4243
cm3/mol
= 0, 9082 cm3 (58,5 mol-1 –
(18, 01 mol-1) ( 0, 0601))
= 0, 9082 cm3 (57, 4146 mol-1)
= 52,1466 cm3/mol
3.
Untuk konsentrasi 0,75 M
Bobot piknometer + air
(W0) = 24,1084 gr
Bobot piknometer kosong = 14,2847gr_
Bobot aquadest = 9,8237 gr
Bobot piknometer + NaCl
(W) = 24,4704 gr
Bobot piknometer kosong
(We) = 14,2847gr_
Bobot NaCl = 10,1857 gr
T =
290C
dH2O = d4aq
= 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m = 55,51 mol
Sgt NaCl 0,75 M =
= 1, 0368
Maka
dt4
NaCl 0,75 M = Sgt NaCl
0,75 M x d4aq
= 1, 0368 x 0,99704 gr/cm3
= 1, 0337
gr/cm3
Sehingga
= 0, 9673
cm3 (58,5 mol-1 – (18, 0147 mol-1) (0,0308)
= 0, 9728 cm3 (57, 8391 mol-1)
= 55,
9477
cm3/mol
= 0, 9673cm3
(58,5mol-1 – (18, 01 mol-1)
)
= 0, 9673
cm3 (57, 8373
mol-1)
= 55,9460 cm3/mol
4.
Untuk konsentrasi 0,375 M
Bobot piknometer + air
(W0) = 21,1297 gr
Bobot piknometer kosong = 11,0085gr_
Bobot aquadest = 10,1212 gr
Bobot piknometer + NaCl
(W) = 21,2814 gr
Bobot piknometer kosong
(We) = 11,0085gr_
Bobot NaCl = 10,2729 gr
T = 29
dH2O = d4aq
= 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m = 55,51 mol
Sgt NaCl
0,375 M =
= 1, 0149
Maka
dt4
NaCl 0,375 M = Sgt NaCl
0,375 M x d4aq
= 1, 0149
x 0,99704 gr/cm3
= 1, 0119 gr/cm3
Sehingga
= 0, 9981cm3
(58,5 mol-1–(18, 0147 mol-1) (0, 0149))
= 0, 9981
cm3 (58,2316
mol-1)
= 58,1209
cm3/mol
= 0, 9981
cm3 (58,5 mol-1–(18, 0148 mol-1) (0, 01499))
= 0, 9981
cm3 (58,2299
mol-1)
= 58,1193
cm3/mol
5.
Untuk konsentrasi 0,1875 M
Bobot piknometer + air
( W0 ) = 24,1084 gr
Bobot piknometer kosong = 14,2837gr_
Bobot aquadest = 9,8247 gr
Bobot piknometer + NaCl
( W ) = 24,2280 gr
Bobot piknometer kosong
( We ) = 14,2837gr_
Bobot NaCl = 9,9443 gr
T = 29
dH2O = d4aq
= 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m = 55,51 mol
= 1,0121
Maka
dt4
NaCl 0,1875 M = Sgt NaCl
0,1875 M x d4aq
= 1,0121
x 0,99704 gr/cm3
= 1, 0091
gr/cm3
Sehingga
= 0, 9909
cm3 (58,5 mol-1 – (18, 01 mol-1) (0, 0120)
= 0, 9909
cm3 (58, 5
mol-1 – 0,2161)
= 57,
7535 cm3/mol
= 0, 9909
cm3 (58,5 mol-1 – (18, 01 mol-1)
)
= 0, 9909
cm3 (58,5 mol-1 – (18, 0147 mol-1) (0, 0121))
= 0, 9943 cm3 (58, 2821 mol-1)
= 57,7517
cm3/mol
C.
Pembahasan
Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat
perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya
zat mol terlarut yang terdapat dalam
1000 gram pelarut.
Percobaan volume molal parsial ini, menggunakan larutan NaCl
dengan berbagai konsentrasi yaitu 3M; 1,5M; 0,75M; 0,375M dan 0,1875M. Menimbang
berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades terlebih
dahulu karena hasil berat piknometer
kosong dan berat piknometer berisi akuades akan digunakan dalam proses
penghitungan. Saat akan mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup
piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam
piknometer hingga penuh. Hal ini bertujuan agar saat piknometer akan ditimbang,
maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades (tidak ada ruang yang
tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau
penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam
piknometer. Hal ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer.
Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu
atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam proses penimbangan.
Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan
berikutnya bertujuan agar berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil
tidak dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan
konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil di mana kemungkinan
akan menambah berat menjadi lebih besar walaupun tidak sama.
Berdasarkan
hasil percobaan diperoleh pada saat
konsentrasi larutan NaCl 3 M, larutan memiliki nilai densitas1,1108
g/cm3. pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1, 1010 g/cm3, pada
konsentrasi 0,75 M densitasnya 1, 0337 g/cm3, pada
konsentrasi 0,375 M densitasnya 1, 0119 g/cm3 dan
pada konsentrasi 0,1875 M densitasnya 1,0091 g/cm3. Uraian tersebut jelas menyatakan bahwa nilai densitas suatu
larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersebut. Jumlah mol
solute per kg solven atau biasa disebut molalitas.
Apabila dibandingkan dengan nilai
volume molal parsial menyatakan sebuah perbandingan yang terbalik. Pernyataan
tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan bahwa saat
nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3 M 𝚽1 = 50,
8006 cm3/mol dan 𝚽2 = 50, 8066
cm3/mol; pada konsentrasi 1,5 M 𝚽1 = 51, 4243 cm3/mol dan 𝚽2
= 52, 1466 cm3/mol; pada konsentrasi 0,75 M 𝚽1 =
55, 9477 cm3/mol dan 𝚽2 = 55,
9460
cm3/mol; pada konsentrasi 0,375 M 𝚽1 = 58, 1209 cm3/mol dan 𝚽2 = 58,
1193
cm3/mol dan pada konsentrasi 0,1875 M 𝚽1 = 57,
7535
cm3/mol dan 𝚽2
= 57, 7517 cm3/mol.
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan
konsentrasi akan menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin
tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut
(berat piknometer semakin besar).Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun
dari larutan NaCl tersebut.
Perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga akan menghasilkan
densitas yang berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan
maka densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut
semakin banyak.
Hasil di atas sesuai dengan teori (Atkins: 171-172),
yang menyatakan bahwa molalitas larutan berbanding
terbalik terhadap volume molal parsial (𝚽)
larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas suatu larutan, maka
semakin rendah nilai volume molal parsial (𝚽)
larutan tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
pada percobaan ini adalah volume molar parsial larutan natrium klorida ( NaCl )
3 M yaitu
1= 50, 8006 dan
2= 50, 8006;
pada 1,5 M yaitu
1=51,
4243
dan
2
=
52, 1466 ; pada 0,75 M yaitu
1
=
55, 9477 dan
2
=
55, 9460; pada 0,375 M yaitu
1
=58, 1209 dan
2 =58,
1193
dan pada 0,1875 M yaitu
1
=
57, 7535 dan
2 = 57, 7517.
B. Saran
Saran
yang diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah sebaiknya
dalam percobaan volume molal parsial digunakan juga MgCl yang juga berbentuk
padatan dan mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi agar dapat
dibandingkan dengan NaCl.
|
Baharuddin, Maswati dan Fitria Azis.Modul Manajemen Laboratorium. Makassar: UIN Alauddin, 2013.
Dogra.Kimia Fisik dan
Soal-Soal. Jakarta: UI Press,1990.
Khamidinal.Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009.
Petrucci
dkk.Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga,
2007.
Sukanto, Heru. “Pengaruh Suhu Sintering TerhadapDensitas dan Kekuatan Komposit Plastik –
Karet” Jurnal Ilmiah Teknik MesinVol.
3 No. 1, Juni 2009.h.57 – 61.
Tippler,
Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Erlangga, 1998.