Rabu, 25 Maret 2015

Volume Molal Parsial


BAB I
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Volum molar parsial adalah kontribusi pada volum, dari satu komponen dalam sample terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu campurn berubah-ubah tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat termodinamika campuran jika komposisinya berubah (Dogra, 1990: 582).
Salah satu sifat-sifat parsial yang ada yakni sifat molal parsial yang lebih mudah digambarkan dengan volume molal parsial, yaitu konstribusi pada volume dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total (Dogra, 1990: 582)
Volume molal parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap campuran. Selain itu dalam mencampurkan suatu zat tertentu dengan zat lain dalam temperature tertentu, kita juga harus mengetahui volume molal parsial dari zat-zat tersebut. Jadi, sangatlah penting untuk mengetahui volume molal parsial komponen larutan (Atkins, 1993: 170).
Dalam termodinamika dikenal adanya 2 tipe peubah yaitu tipe peubah ekstensif yang bergantung pada jumlah fase misalnya volume, entropi, energy dalam dan entalpi, seta peubah intensif yaitu peubah yang tidak bergantung pada jumlah fase contohnya tekanan dan suhu (Atkins, 1993: 171).
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan percobaan untuk menentukan volume molar parsial natrium klorida (NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur densitas larutan menggunakan piknometer.

A.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah berapa nilai volume molal parsial larutan natrium klorida (NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur densitas larutan menggunakan piknometer ?

B.   Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan nilai volume molal parsial larutan natrium klorida (NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur densitas larutan menggunakan piknometer.










                                                                          BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Definisi lain, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit didalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Jadi, pengenceran merupakan suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, umumnya menggunakan aquades dalam jumlah tertentu (Baharuddin dan Azis,2013:73).
Densitas (rapatan, density) adalah rasio massa terhadap volume.
Densitas (d) =massa/ volume
Massa dan volume adalah sifat ekstensif.Sifat ekstensif (extensive property) bergantung pada kuantitas materi yang diamati. Namun, bila membagi massa suatu zat dengan volumenya, didapatkan densitas, yaitu sifat intensif. Sifat intensif (intensive property) tidak bergantung pada banyaknya materi yang diamati. Jadi, densitas air murni pada 25  (massa/volume) memiliki nilai yang khas, apakah sampel mengisi gelas piala kecil (massa kecil/volume kecil) atau kolam renang   (massa besar/volume besar) (Petrucci dkk, 2007: 13).
Kerapatan air berubah dengan berubahnya temperatur. Satuan yang biasa dijumpai untuk volume adalah liter (L) :
3
1 L = 103 cm3 = 10-3 m3
Dalam satuan ini, kerapatan air adalah 1,00 kg/L. Bila kerapatan suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda akan tenggelam dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, benda akan mengapung. Berat jenis adalah bilangan tak berdimensi yang sama dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam gram per centimeter kubik (atau dalam kilogram per liter). Berat jenis suatu zat dapat diperoleh dengan membagi kerapatannya dengan 103  kg/m3 (Tipler, 1998: 384).
Volum molar parsial adalah kontribusi pada volum dari satu komponen dalam sampel terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu campuran berubah – ubah tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika komposisinya berubah dari murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan perubahan gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran jika komposisinya berubah ( Atkins,1993:170).
Ada 3 sifat termodinamik molal parsial utama, yakni: (i) volume molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan, (ii) entalpi molal parsial dan (iii) energi bebas molal parsial. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa sifat molal parsial dari suatu komponen dalam suatu larutan dan sifat molal untuk senyawa murni adalah sama jika larutan tersebut ideal (Dogra,1990: 581).
Secara matematik sifat molal parsial didefinisikan dimana Ji merupakan sifat molal parsial dari komponen ke-i.secara fisik Ji berarti kenaikan dalam besaran termodinamik J yang diamati bila satu mol senyawa i ditambahkan ke suatu sistem yang besar sehingga komposisinya tetap konstan. Pada temperatur dan tekanan konstan, persamaan dapat ditulis sebagai
dJ =                       (1)

Arti fisik dari integrasi ini adalah bahwa ke suatu larutan yang komposisinya tetap, suatu komponen n1, n2, …, ni ( yang komposisinya juga mirip dengan larutan tuanya ) ditambahkan lebih lanjut, sehingga komposisi relative dari tiap-tiap jenis tetap konstan (Dogra,1990:580).
Perhitungan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu metode grafik dan metode analitik. Pade metode grafik, nilai J diplot sebagai suatu fungsi komposisi larutan dengan menjaga semua komposisi komponen lain tetap kecuali satu. Jika plot ini linear, kemiringan garis tersebut akan menjadi besaran molal parsial dari komponen itu. Ini juga memperlihatkan bahwa sifat-sifat molal parsial dari komponen-komponen itu tidak bergantung pada konsentrasi.Dalam metode analitik, jika harga ekstensif dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi aljabar dari komposisi tersebut, sifat molal parsial dapat dihitung secara analitik. (Dogra, 2009: 581).
Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur massa jenis zat cair. Piknometer tersedia dalam berbagai ukuran.Ukuran yang biasa tersedia di laboratorium kimia adalah piknometer dengan kapasitas 10 Ml. Piknometer umumnya terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder. Piknometer disertai dengan penutup yang terdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini berguna untuk menghilangkan gelambung-gelembung udara yang sangat mungkin berada dalam botol (Khamidinal, 2009: 92).
Oven adalah alat pemanas yang mempunyai kapasitas sampai dengan temperatur 200 . Peralatan ini digunakan untuk melakukan pengeringan sampel agar kadar airnya sedikit. Oven juga dapat digunakan untuk membakar suatu endapan untuk tujuan analisis kuantitatif. Pada bagian atap dari peralatan ini diberi fasilitas termometer sehingga dapat digunakan untuk mengukur temperatur  udara di dalam ruangan oven tersebut (Khamidinal, 2009: 86-87).
Desikator merupakan peralatan yang sering digunakan di laboratorium kimia organik. Desikator terbuat dari gelas, gelas dipilih sebagai bahan pembuatan desikator karena mempunyai sifat – sifat yang menguntunkan, yaitu tembus cahay atau tembus pandang (opaque), kaku (rigid), tidak mudah bereaksi dengan bahan kimia, mempunyai titik didih tinggi sehingga tidak mudah meleleh terutama pada pemanasan biasa, dan tahan terhadap perubahan suhu khususnya tahan panas yang ditandai dengan pyrex (Baharuddin dan Aziz, 2013: 92).
Desikator mempunyai bentuk mirip soblok yang digunakan untuk memasak. Ditengah-ditengah desikator terdapat angsangan yang mempunyai lubang-lubang. Desikator digunakan untuk melakukan pengeringan bahan kimia dengan menggunakan zat higroskopis. Zat higroskopis adalah zat yang dapat menyerap uap air dari udara. Tempat bagian bawah digunakan untuk meletakkan zat higroskopis (Khamidinal, 2009: 47-48).
Neraca analitis digital umumnya mempunyai ketelitian yang sangat tinggi hingga empat angka dibelakang koma.Karena mempunyai ketelitian yang sangat tinggi, maka umumnya neraca analitis digital dilengkapi dengan penutup.Pada ketiga sisi penutupnya terbuat dari kaca, sehingga lengan beban dapat dilihat dari luar. Pada bagian penutup di sisi kanan dan kiri dapat digeser untuk pintu memasukkan dan mengeluarkan sampel yang akan ditimbang (Khamidinal, 2009: 89). 
Termometer digunakan untuk mengukur suhu. Termometer tersedia dalam berbagai ukuran dan kapasitas. Jika termometer digunakan untuk mengukur suhu air yang mendidih maka akan digunakan piknometer dengan kapasitas 1200C. Akan tetapi, apabila termometer akan digunakan untuk mengukur suhu pada penangas minyak, maka harus digunakan termometer dengan kapasitas sampai dengan 300 derajat Celcius (Khamidinal, 2009: 94).

Natrium klorida merupakan molekul ionik (berikatan ion) dan terdiri dari kisi-kisi ion raksasa pada temperatur kamar. Natrium klorida berbentuk padatan dengan titik leleh dan titik didih yang tinggi karena banyaknya panas yang dibutuhkan untuk memecah daya tarik ionik yang kuat.Natrium klorida disebut molekul ionik di mana leburannya dapat mengalami elektrolisis pada saat meleleh.Natrium klorida dalam bentuk padatan tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak memiliki elektron dan ion-ion yang dapat bergerak bebas.Namun demikian lelehannya dapat mengalami elektrolisis.Natrium klorida juga mudah larut dalam air menghasilkan larutan netral (Clark, 2007: 97).












BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan tempat
Hari / tanggal          : Rabu / 29 oktober  2014
Pukul                      : 08.00 – 10.30 WITA
Tempat                    : Laboratorium Kimia Fisika
                      UIN Alauddin Makassar

B.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.   Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu : Neraca Analitik, oven, desikator, piknometer, termometer 110 , labu ukur 50 mL, gelas kimia 250 mL, pipet volume 25 mL, pipet skala 10 mL, bulp dan botol semprot.
2.   Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :Aquades (H2O), larutan Natrium Klorida (NaCl) 3M ; 1,5M ; 0,75M ; 0,375M ; 0,1875M.

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.Menyiapkan alat-alat dan bahan yang digunakan
2.   Mengencerkan larutan natrium klorida (NaCl) 3M sehingga konsentrasinya  menjadi , , , kali konsentrasi awal.
3.Membersihkan piknometer dengan aquadest (H2O)
4.mengeringkan piknometer kedalam oven dengan suhu 105
5.Memasukkan piknometer tersebut kedalam desikator
6.Menimbang bobot kosong piknometer
7.   Mengisi piknometer dengan aquadest (H2O) sampai penuh dan menutupnya rapat-rapat. Mengeringkan permukaan luar piknometer kemudian menimbangnya.
8.   Mengulangi langkah (3-7) dengan menggunakan berturut-turut larutan natrium klorida (NaCl) 3 M; 1,5 M; 0,75 M; 0,375 M; dan 0,1875 M sebagai pengganti aquadest (H2O). setiap mengganti larutan, membilas piknometer beberapa kali dengan larutan yang akan dipergunakan.
9.   Mengukur suhu setiap larutan setelah penimbangan.











 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diamati sebagai berikut :
Konsentrasi (M)
Bobot pikno kosong (gr)
Bobot pikno air (gr)
Bobot pikno sampel (gr)
d ( )
3
11,0093
21,1297
22,2849
1, 1108
1,5
11,0093
21,1297
21,7228
1, 1010
0,75
14,2847
24,1084
24,4704
1, 0337
0,375
11,0085
21,1297
21,2814
1, 0119
0,1875
14,2837
24,1084
24,2280
1, 0091

B.  Analisa Data
1.      Untuk konsentrasi 3 M
Bobot piknometer + air (W0)  = 21,1297gr
Bobot piknometer kosong       = 11,0093gr_
Bobot aquadest                       = 10,1204 gr

Bobot piknometer + NaCl (W)           = 22,2849 gr
Bobot piknometer kosong (We)          = 11,0093gr_
Bobot NaCl                 = 11,2725 gr
T                                  = 29


dH2O = d4aq = 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m         = 55,51 mol

Sgt NaCl 3 M  = 
                        =
                        = 1,1141
Maka
dt4 NaCl 3 M   = Sgt NaCl 3 M x d4aq
                        = 1,1141 x 0,99704 gr/cm3
                        = 1,1108 gr/cm3
Sehingga,
1        = (M2- )
            = (58,5 g/mol -     = 0,900 cm3 (58,5 mol-1 – ( 18, 01 mol-1) ( )
            = 0,900 cm3 (58,5 mol-1 – 2,549)
            = 50, 8006 cm3/mol
2        = (M2 - )
          = (58,5 gr/mol -  )
            = 0,900  cm3 (58,5 mol-1 – (18, 01 mol-1 )
            = 0,900 cm3 (58,5 mol-1 – (18,01 mol-1) (0,1141))
            = 0,900 cm3 (56,4355 mol-1)
            = 50, 8006 cm3/mol
2.      Untuk konsentrasi 1,5 M
Bobot piknometer + air (W0)  = 21,1297 gr
Bobot piknometer kosong       = 11,0093gr_
Bobot aquadest                       = 10,2104 gr

Bobot piknometer + NaCl (W)           = 21,7228 gr
Bobot piknometer kosong (We)          = 11,0093 gr_
Bobot NaCl                 = 11,2756 gr
T                                  = 290C

dH2O = d4aq = 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m         = 55,51 mol

Sgt NaCl 1,5 M           = 
                   =
                        = 1, 1043
Maka
dt4 NaCl 1,5 M            = Sgt NaCl 1,5 M x d4aq
                        = 1, 1043 x 0,99704 gr/cm3
                        = 1, 1010 gr/cm3
Sehingga
1        =  (M2- )
            = (58,5 gr/mol - )
            = 0, 9082 cm3 (58,5 mol-1 – (18, 01 mol-1) (0, 10426)
            = 0, 9082 cm3 (56, 6223 mol-1)
            = 51,4243 cm3/mol

2        =    (M2 )
            =  (58,5 gr/mol - )
            =  0, 9082 cm3 (58,5 mol-1 – (18, 01 mol-1) ( 0, 0601))
            =  0, 9082 cm3 (57, 4146 mol-1)
            =  52,1466 cm3/mol
3.      Untuk konsentrasi 0,75 M
Bobot piknometer + air (W0)  = 24,1084 gr
Bobot piknometer kosong       = 14,2847gr_
Bobot aquadest                       = 9,8237 gr

Bobot piknometer + NaCl (W)           = 24,4704 gr
Bobot piknometer kosong (We)          = 14,2847gr_
            Bobot NaCl                 = 10,1857 gr
            T                                  = 290C
dH2O = d4aq = 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m         = 55,51 mol

Sgt NaCl 0,75 M         = 
                        = 
                        = 1, 0368
Maka
dt4 NaCl 0,75 M          = Sgt NaCl 0,75 M x d4aq
                                = 1, 0368 x 0,99704 gr/cm3
                        = 1, 0337 gr/cm3

Sehingga
1        =  (M2 )
            =  ( 58,5 gr/mol -  )
            = 0, 9673 cm3 (58,5 mol-1 – (18, 0147 mol-1) (0,0308)
            = 0, 9728 cm3 (57, 8391 mol-1)
            = 55, 9477 cm3/mol
2        =  (M2 )
            =  (58,5 gr/mol - )
            = 0, 9673cm3 (58,5mol-1 – (18, 01 mol-1 )
            = 0, 9673 cm3 (57, 8373 mol-1)
            = 55,9460 cm3/mol

4.      Untuk konsentrasi 0,375 M
Bobot piknometer + air (W0)  = 21,1297 gr
Bobot piknometer kosong       = 11,0085gr_
Bobot aquadest                       = 10,1212 gr

Bobot piknometer + NaCl (W)           =  21,2814 gr
Bobot piknometer kosong (We)          = 11,0085gr_
Bobot NaCl                 = 10,2729 gr
T                                  = 29

dH2O = d4aq = 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m         = 55,51 mol

Sgt NaCl 0,375 M       = 
                        = 
                        = 1, 0149
Maka
dt4 NaCl 0,375 M        = Sgt NaCl 0,375 M x d4aq
                        = 1, 0149 x 0,99704 gr/cm3
                                = 1, 0119 gr/cm3
Sehingga
1        =  (M2 - )
            = (58,5 gr/mol - )
            = 0, 9981cm3 (58,5 mol-1–(18, 0147 mol-1) (0, 0149))
            = 0, 9981 cm3 (58,2316 mol-1)
            = 58,1209 cm3/mol
2        =   (M2 - )
            = (58,5 gr/mol -  )
            = 0, 9981 cm3 (58,5 mol-1–(18, 0148 mol-1) (0, 01499))
            = 0, 9981 cm3 (58,2299 mol-1)
            = 58,1193 cm3/mol
5.      Untuk konsentrasi 0,1875 M
Bobot piknometer + air ( W0 ) = 24,1084 gr
Bobot piknometer kosong       = 14,2837gr_
Bobot aquadest                       = 9,8247 gr

Bobot piknometer + NaCl ( W )         = 24,2280 gr
Bobot piknometer kosong ( We )        = 14,2837gr_
Bobot NaCl                 = 9,9443 gr
T                                  = 29

dH2O = d4aq = 0,99704 gr/cm3
Mr NaCl = 58,5 gr/mol
m         = 55,51 mol

Sgt NaCl 0,375 M       = 
                        = 
                        = 1,0121
Maka
dt4 NaCl 0,1875 M      = Sgt NaCl 0,1875 M x d4aq
                        = 1,0121 x 0,99704 gr/cm3
                        = 1, 0091 gr/cm3
Sehingga
1        =   (M2 - )
            =  (58,5 gr/mol - )
            = 0, 9909 cm3 (58,5 mol-1 – (18, 01 mol-1) (0, 0120)
            = 0, 9909 cm3 (58, 5 mol-1 – 0,2161)
            = 57, 7535 cm3/mol
2        =   (M2 - )
            =   (58,5 gr/mol -  )
            = 0, 9909 cm3 (58,5 mol-1 – (18, 01 mol-1) )
            = 0, 9909 cm3 (58,5 mol-1 – (18, 0147 mol-1) (0, 0121))
            = 0, 9943 cm3 (58, 2821 mol-1)
            = 57,7517 cm3/mol

C.  Pembahasan
Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol  terlarut yang terdapat dalam 1000 gram pelarut.
Percobaan volume molal parsial ini, menggunakan larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi yaitu 3M; 1,5M; 0,75M; 0,375M dan 0,1875M. Menimbang berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades terlebih dahulu  karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan digunakan dalam proses penghitungan. Saat akan mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh. Hal ini bertujuan agar saat piknometer akan ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades (tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam proses penimbangan.
Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan berikutnya bertujuan agar berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil di mana kemungkinan akan menambah berat menjadi lebih besar walaupun tidak sama.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh pada saat konsentrasi larutan NaCl 3 M, larutan memiliki nilai densitas1,1108 g/cm3. pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1, 1010 g/cm3, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya 1, 0337 g/cm3, pada konsentrasi 0,375 M densitasnya 1, 0119 g/cm3 dan pada konsentrasi 0,1875 M densitasnya 1,0091 g/cm3. Uraian tersebut jelas menyatakan bahwa nilai densitas suatu larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersebut. Jumlah mol solute per kg solven atau biasa disebut molalitas.
Apabila dibandingkan dengan nilai volume molal parsial menyatakan sebuah perbandingan yang terbalik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan bahwa saat nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3 M 𝚽1 = 50, 8006 cm3/mol dan 𝚽2 = 50, 8066 cm3/mol; pada konsentrasi 1,5 M 𝚽1 = 51,  4243 cm3/mol dan 𝚽2 = 52, 1466 cm3/mol; pada konsentrasi 0,75 M 𝚽1 = 55, 9477 cm3/mol dan 𝚽2 = 55, 9460 cm3/mol; pada konsentrasi 0,375 M 𝚽1 = 58, 1209 cm3/mol dan 𝚽2 = 58, 1193 cm3/mol dan pada konsentrasi 0,1875 M 𝚽1 = 57, 7535 cm3/mol dan 𝚽2 = 57, 7517 cm3/mol.
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi akan menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer semakin besar).Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl tersebut.
Perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga akan menghasilkan densitas yang berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak.
Hasil di atas sesuai dengan teori (Atkins: 171-172), yang menyatakan bahwa molalitas larutan berbanding terbalik terhadap volume molal parsial (𝚽) larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah nilai volume molal parsial (𝚽) larutan tersebut.

















                                                                            BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah volume molar parsial larutan natrium klorida ( NaCl ) 3 M yaitu 1= 50, 8006 dan 2= 50, 8006; pada 1,5 M yaitu 1=51, 4243 dan 2 = 52, 1466 ; pada 0,75 M yaitu 1 = 55,  9477  dan    2 = 55, 9460; pada 0,375 M yaitu 1 =58, 1209 dan 2 =58, 1193 dan pada 0,1875 M yaitu 1 = 57, 7535 dan 2 = 57, 7517

B.  Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah sebaiknya dalam percobaan volume molal parsial digunakan juga MgCl yang juga berbentuk padatan dan mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi agar dapat dibandingkan dengan NaCl.







 




 DAFTAR PUSTAKA


Baharuddin, Maswati dan Fitria Azis.Modul Manajemen Laboratorium. Makassar: UIN Alauddin, 2013.
Dogra.Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press,1990.
Khamidinal.Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
Petrucci dkk.Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga, 2007.

Sukanto, Heru. “Pengaruh Suhu Sintering TerhadapDensitas dan Kekuatan Komposit Plastik – Karet” Jurnal Ilmiah Teknik MesinVol. 3 No. 1, Juni 2009.h.57 – 61.
Tippler, Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga, 1998.